Sorotan tajam kembali menghantam lingkaran kekuasaan.
Kali ini, mantan Menko Polhukam Mahfud
MD dengan blak-blakan membongkar "penyakit kronis" yang kerap
menjerumuskan para menteri ke lubang korupsi: ulah staf khusus!
Pernyataan Mahfud ini bukan isapan
jempol, melainkan analisis tajam yang didasarkan pada pengalamannya
bertahun-tahun mengamati dinamika birokrasi.
Menurut Mahfud, banyak menteri yang
terjerat kasus rasuah lantaran terlalu percaya pada "orang luar" yang
diangkat sebagai staf khusus.
Mereka ini, kata Mahfud, kerap
melewati jenjang birokrasi yang sudah ada, mulai dari eselon I, eselon
II, hingga ke bawah.
"Eselon 1, eselon 2, eselon 3 sampai
ke bawah dilewati sehingga bekerjanya dengan ini kebijakannya langsung ke
bawah. Kan gak bagus juga," tegas Mahfud dikutip dari akun Youtube
Mahfud MD Official.
Staf Khusus: Solusi atau Masalah Baru?
Mahfud mengakui bahwa kadang kala
birokrasi memang terkesan lelet.
Namun, ia menekankan bahwa masalah
tersebut seharusnya diperbaiki, bukan malah "ditutup" dengan
keberadaan orang luar yang justru berpotensi merusak sistem.
"Dan Anda tahu banyak orang masuk
penjara tuh karena orang luar," tambahnya, merujuk pada beberapa
kasus korupsi besar yang melibatkan staf khusus.
Ia mencontohkan kasus korupsi di Kementerian
Agama (periode sebelumnya) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga, di
mana staf khusus menjadi dalang di balik tindakan korupsi atas nama
menteri.
Ini menunjukkan betapa rentannya posisi
staf khusus jika tidak dikelola dengan benar.
Lebih lanjut, Mahfud menyoroti fenomena
di mana staf khusus kerap membawa "gerbong" orang luar yang banyak,
mengabaikan para birokrat yang sudah berkarir dari bawah dan mengerti
seluk-beluk kementerian.
Akibatnya, tak jarang Sekjen atau Dirjen di
kementerian justru merasa dilewati begitu saja.
"Saya kan, Menko ada loh Sekjen,
Dirjen yang melapor, 'Pak, saya dilewati begitu saja gitu. Korupsi di sini,
Pak. Di sini, di sini, di sini.' Lapor," ungkap Mahfud.
Hal ini menunjukkan adanya
ketidakpuasan dan potensi konflik internal akibat terganggunya jalur
birokrasi.
Meskipun Mahfud tidak menampik
kemungkinan birokrat juga berpotensi korupsi, ia menegaskan bahwa penempatan
"orang luar" secara tidak tepat justru membuka celah baru.
Mahfud MD sendiri memiliki standar
ketat dalam mengelola staf khususnya.
Ia berkisah, saat menjabat, dirinya
mengumpulkan para eselon I dan memperkenalkan staf khususnya.
"Saya perkenalkan satu-satu ini
tidak boleh memerintah Anda. Ini tangan kanan saya khusus saya beri tugas untuk
apa baru dia lapor ke saya," jelasnya.
Menurut Mahfud, staf khusus tidak boleh
jalan sendiri dan mencampuri urusan struktural birokrasi.
Meskipun secara kepres setara
eselon I, staf khusus tidak diberi izin untuk memerintah para pejabat karir.
Mereka juga tidak boleh mewakili
menteri untuk memberikan sambutan di acara-acara penting yang seharusnya
menjadi ranah Dirjen atau Sekjen.
"Lah staf khusus nih siapa dia kan
pembantu sebenarnya lebih personal ke menteri sehari-hari saya perlu apa
sih," tukasnya.
Peringatan keras Mahfud adalah tentang
bahaya staf khusus yang "merasa hebat" dan menggunakan posisi mereka
untuk bicara ke daerah-daerah atau mencampuri urusan yang bukan wewenangnya.
"Staf khusus tuh merasa hebat tuh
saya eselon 1 di sini bicara ke daerah-daerah itu Bahaya. Gak boleh kita,
birokrasi itu berangkat dari bawah loh itu karir itu jangan jangan diremehkan
marah mereka," pungkas Mahfud.

No comments:
Post a Comment